وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa (al-an'Aam 6:153)

HADITH-HADITH LEMAH DAN PALSU - 2

>> Thursday, November 19, 2009

BINATANG KORBAN SEBAGAI TUNGGANGAN (2)

اسْتَفْرِهُوْا ضَحَيَاكُمْ فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ عَلَى الصِّرَاطِ

Maksudnya: Pilihlah binatang korban kamu yang terbaik kerana sesungguhnya ia akan menjadi kenderaan tunggangan kamu diatas Titian as-Sirath.

1- Periwayat Hadith: ad-Dailami.

2- Darjat Hadith: Sangat Lemah.

3- Sebabnya: Didalam sanadnya (jalur periwayatannya) terdapat seorang perawi bernama Yahya bin Ubaidullah. Lihatlah komentar-komentar ulama' tentangnya:

1)      Kata Abu Haa-tim: Ia seorang yang lemah lagi sangat munkar hadithnya.
2)      Kata Ahmad: Ia seorang yang munkar hadithnya, tidak thiqah (kepercayaan).
3)      Kata Muslim: Ia seorang yang buruk/keji, ditinggalkan hadithnya (matruk).
4)      Kata an-Nasai, Ibnu Hajar: Ia seorang yang ditinggalkan hadithnya (matruk).
5)      al-Hakim menuduhnya sebagai pemalsu hadith.

4- Keterangan: Penjelasan kepada istilah-istilah yang digunakan terhadap kritikan keatas seorang perawi hadith adalah seperti berikut:

1)       Seorang yang munkar hadithnya: Ialah perawi lemah yang riwayatnya menyalahi perawi yang kepercayaan. Adapun disisi al-Bukhari ia bermaksud seorang perawi yang tidak halal meriwayatkan hadith darinya. Manakala disisi Ahmad ia bermaksud seorang perawi yang bersendirian dalam meriwayatkan sesuatu hadith.
2)       Seorang yang ditinggalkan hadithnya (matruk): Ialah perawi yang dituduh berdusta.



Daftar Rujukan:

1- al-Jarh Wa at-Ta'dii-l, Abu Haa-tim ar-Raa-zi.
2- Tahzib at-Tahzib, Ibnu Hajar al-'Asqalaa-ni.
3- Taqrib at-Tahzib, Ibnu Hajar al-'Asqalaa-ni.
4- Silsilah al-Ahaa-dith ad-Dho'iefah Wa al-Maudhu'ah, Muhammad Naa-siruddin al-Albaa-ni.
5- Diraa-saa-t Fi al-Jarh Wa at-Ta'dil, ad-Duktuu-r Muhammad Dhiyak ar-Rahman al-'Azhomi.
6- Mabaa-hith Fi 'Ilm al-Jarh Wa at-Ta'dil, Qaa-sim 'Ali Sa'ad.

0 comments:

About This Blog

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP