وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa (al-an'Aam 6:153)

HADITH-HADITH LEMAH DAN PALSU - 4

>> Saturday, December 12, 2009

MEMBACA SURAH (( يس )) PADA MALAM JUMAAT

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ ((يس)) فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ غُفِرَ لَهُ

Maksudnya: Barangsiapa membaca Surah ((YAA SIIN)) pada malam Jumaat diampun baginya (akan dosa-dosanya).

1)  Periwayat Hadith:
 -  al-Ashfahaa-ni

2)  Darjat Hadith:
 -  Sangat Lemah  ( ( ضَعِيْفٌ جِدًّا

3)  Sebab-sebabnya:
     Didalam sanadnya terdapat dua orang perawi yang dipertikaikan:
1) al-Aghlab bin Tamim
2) Zaid bin al-Harish

Kita lihat kepada perawi yang pertama, al-Aghlab bin Tamim:

-   Kata al-Bukhari: Ia seorang yang munkar hadithnya.
-  Kata Ibnu Ma'in: Ia tidak memiliki sesuatu (yakni sesuatu yang soheh untuk dijadikan sandaran/pegangan) – Ia bermaksud "sangat lemah".
-   Kata an-Nasai: Ia lemah.
-  Kata Ibnu Hibban: Ia seorang yang munkar hadithnya. Ia meriwayatkan daripada perawi-perawi yang thiqah (kepercayaan) yang mana ia bukan dari hadith mereka, maka ia telah terkeluar dari batasan boleh berhujjah dengannya disebabkan banyak kesalahannya.

Kemudian kita lihat pula kedudukan perawi yang kedua, Zaid bin al-Harish:

-   Kata Ibnu al-Qathoo-n (Ali bin Muhammad bin Abdul Maa-lik): Ia majhul hal (yaitu seorang perawi yang diriwayatkan daripadanya dua orang atau lebih tetapi ia tidak dianggap thiqah/kepercayaan).

Disamping itu terdapat kecacatan lain pada sanad (jalur periwayatan) hadith ini, yaitu sanadnya terputus. Jalan periwayatannya adalah seperti berikut:

…….dari Zaid bin al-Harish, dari al-Aghlab bin Tamim dari Ayyub dan Yunus dari al-Hasan, dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW telah bersabda: (seperti hadith diatas).

Riwayat hadith ini terputus antara al-Hasan al-Basri dengan Abu Hurairah RA kerana al-Hasan ini tidak pernah mendengar sebarang hadith daripada Abu Hurairah RA.

-   Kedudukan al- Hasan yang tidak pernah mendengar hadith dari Abu Hurairah RA ditegaskan oleh at-Tirmizi, al-Bazzar, ad-Daa-ruquthni, Abdul Haq dan Ibnu al-Qathoo-n.

-  Kedudukan terputusnya periwayatan al-Hasan dari Abu Hurairah RA ini dikuatkan lagi oleh az-Zahabi didalam kitabnya Mii-zaa-n al-I'tidal (Jilid 2 mukasurat 281 cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, Lubnan. Cetakan pertama 1416 H/1995 M).


Disediakan oleh: Ustaz Ibrahim Mohd Raja al-Maniri


Daftar Rujukan:

1)   at-Taa-rikh al-Kabii-r, Muhammad bin Ismail al-Bukhari.
2)   ad-Dhu'afak Wa al-Matruu-kin, Ahmad bin Syu'aib an-Nasai.
3)   ad-Dhu'afak Wa al-Matruu-kin,  Abdur Rahman Ibnu al-Jauzi.
4)   Mii-zan al-I'tidal, Syamsuddin az-Zahabi.
5)   Lisan al-Mii-zan, Ibnu Hajar al-'Asqalaa-ni.
6)   Silsilah al-Ahaa-dith ad-Dho'iefah Wa al-Maudhu'ah, Muhammad Naa-siruddin al-Albaa-ni.
7)   Mu'jam Alfaz Wa 'Ibaa-raa-t al-Jarh Wa at-Ta'dii-l, Sayyid Abdul Maa-jid al-Ghauri.
8)   Tahqiq al-Ghaa-yah, Thanaa-ullah az-Zaa-hidi.

0 comments:

About This Blog

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP